Emas Merah di Bukit Bolasa
Di balik lereng curam perbukitan Bolasa, Desa Saleo I, Kecamatan Bolangitang Timur, terdapat sebuah cerita inspiratif tentang keteguhan dan inovasi. Lahan cabai milik Masripan Lantapa yang berada diketinggian berubah menjadi contoh sukses pertanian di lahan terjal.
Penanaman cabai dimulai pada bulan November 2023. Kini, setelah tiga bulan berlalu, hasil panennya mencapai lebih dari 2 ton. Sebuah pencapaian yang mengesankan.
Keberhasilan Masripan dalam mengelola lahan yang menantang ini tidak datang begitu saja. Bayangkan betapa sulitnya bekerja di lahan dengan kemiringan mencapai 45 derajat. Setiap hari, Masripan menghadapi tantangan untuk mencegah tanah tergelincir dan memastikan tanaman cabai tetap tumbuh dengan baik.
Menariknya, Masripan hanya mengandalkan curah hujan untuk memenuhi kebutuhan air tanaman cabai. Dengan perencanaan yang matang dan pemantauan yang ketat terhadap pola hujan, ia berhasil memanfaatkan setiap tetes air secara optimal.
Cerita ini adalah kelanjutan dari berita sebelumnya yang berjudul "Mendaki Gunung, Melewati Sungai, Menuju Petani Cabai" yang dipublikasikan portal distanbolmut.go.id pada Rabu (22/8/2024). Dalam berita tersebut, diulas perjalanan tim penyuluh yang menghadapi berbagai rintangan untuk mencapai lahan Masripan, termasuk melewati dua anak sungai dan medan curam. Perjuangan ini menggambarkan betapa sulitnya mencapai dan menilai lahan yang terletak di lokasi yang menantang ini.
Setibanya di lahan, Masripan menyambut gembira tim penyuluh pertanian yang dipimpin oleh Koordinator BPP Bolangitang Timur Deni D. Lauma, SP. Di tempat itu, tim penyuluh memberikan saran dan masukan berharga kepada Masripan. Mereka berdiskusi mengenai berbagai teknik dan strategi bertani yang dapat meningkatkan hasil panen seperti pengelolaan tanah dan penanganan hama. Selain itu, tim juga memberikan saran tentang cara memanfaatkan curah hujan secara lebih efisien untuk mendukung pertumbuhan tanaman.
Deni mengungkapkan kunci sukses bertani cabai di lahan terjal dimulai dari seleksi benih cabai. Benih yang digunakan harus memiliki mutu dan daya tumbuh yang baik. Selain itu, pemilihan teknik yang tepat, aplikasi pemupukan hingga manajemen pengolahan tanah di medan lereng penting diperhatikan.
"Intinya, pengetahuan tentang pemeliharaan tanaman wajib untuk dipahami. Masripan menerapkan aspek sudah cukup baik. Hasil panen yang melimpah ini adalah buktinya,” kata Deni.
Akhir dari kisah ini menggambarkan lebih dari sekadar hasil panen yang melimpah. Masripan adalah simbol harapan dan ketahanan. Dengan semangat dan dedikasinya, ia mengubah lahan yang tampaknya tidak mungkin untuk ditanami menjadi sebuah ladang sukses.
Di tengah tantangan alam dan kekurangan sumber daya, Masripan menunjukkan bahwa dengan tekad dan strategi yang tepat, tidak ada yang mustahil. Keberhasilan ini menginspirasi kita semua bahwa di setiap sudut tanah, bahkan yang paling menantang sekalipun, ada peluang untuk pertumbuhan dan kejayaan. (***)
pewarta : Adriandzah Mansyur, SP