Menyemai Ilmu di Ladang Kehidupan : 32 Tahun Dedikasi Safrudin Pontoh Membangun Petani
Lebih dari tiga dekade, Safrudin Pontoh mencurahkan hidupnya untuk membimbing dan mendidik petani. Selama berkarir, ia bukan hanya menjadi pegawai negeri sipil biasa, melainkan mentor yang berdedikasi tinggi terhadap kemajuan sektor pertanian di tanah tumpah darahnya, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara.
Kini, Safrudin Pontoh memasuki purna tugas setelah pengabdian panjang selama 32 tahun. Jabatan terakhir yang didudukinya adalah kepala bidang pertanian di Dinas Pertanian Kabupaten Bolaang Mongondow Utara (Bolmut). Berikut ini adalah serpihan kisahnya yang mengandung semangat bakti putra negeri dalam berkarir membangun pertanian yang dimulai dengan menyemai ilmu di ladang kehidupan.
Safrudin Pontoh lahir di Bolangitang pada 13 Agustus 1966 dari pasangan keluarga Udin Pontoh dan Maryam Pontoh. Ayah dan ibunya adalah petani sederhana. Hidup dan besar di sebuah desa agraris, membuat Safrudin memiliki ikatan emosional yang kuat dengan dunia pertanian.
Namun, masa kecil Safrudin tak mudah. Saat usianya baru beranjak 11 tahun, kedua orang tuanya telah menghadap Yang Maha Kuasa. Situasi itulah yang membuat Safrudin belajar mandiri lebih cepat dibanding anak-anak seusianya. Pengalaman masa kecil yang berat justru membentuk karakter Safrudin yang tangguh dan bertanggungjawab.
“Saya ini lahir dari petani. Sejak kecil sudah kenal pertanian. Kalau melihat petani bekerja keras setiap hari, saya berpikir, apa yang bisa saya lakukan untuk membantu mereka,” ujar Safrudin saat berbincang-bincang dengan penyuluh pertanian di ruang kantor BPP Bolangitang Timur, Senin (26/8/2024).
Perjalanan pendidikan Safrudin dimulai dari SD Negeri Kotamubagu, tempat ia menyelesaikan pendidikan dasarnya pada tahun 1980. Ia kemudian melanjutkan studinya ke SMP Tombatu dan lulus pada tahun 1983. Bertekad untuk menekuni dunia pertanian, Safrudin melanjutkan pendidikannya di Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA) dan lulus pada tahun 1986. Dengan modal ijazah itu, ia pun terangkat menjadi pegawai negeri sipil pada tahun 1992.
Di tengah kesibukan kerja, kemauan Safrudin untuk terus belajar tak pudar. Hingga setelah sekian waktu, hasratnya untuk memperdalam pengetahuan di bidang pertanian membawanya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Pada tahun 2001, ia menyelesaikan program Diploma III yang diselenggarakan melalui program Kementerian Pertanian Republik Indonesia.
Menyimak napak tilas karir Safrudin Pontoh di dunia pertanian mengandung inspirasi tentang pengabdian yang penuh perjuangan. Saat terangkat sebagai ASN, ia ditempatkan di wilayah terjauh dari bagian utara pulau selebes. Ia dikirim ke tengah-tengah masyarakat Sangihe Talaud yang tak begitu dikenalnya.
Namun, situasi itu tak sedikitpun membuatnya mengeluh. Ia teringat cita-cita dan niat tulusnya sejak kecil untuk berbakti dan membantu petani. Bisikan Nurani membuatnya sadar tentang tugas negara dan anti memakan gaji buta. Dari sinilah, ia mengasah kemampuannya untuk membimbing petani dengan inovasi. Ia sering kali menghabiskan waktu luangnya di rumah para petani, mendengarkan keluh kesah mereka, dan memberikan solusi yang dibutuhkan.
“Cerita di Sangihe Talaud panjang kalau dirunut. Karakter petaninya juga macam-macam. Disana, saya membangun kelompok tani lewat dasawisma-dasawisma. Kalau turun menyuluh, paling pertama saya dekati dulu mereka hingga benar-benar akrab, baru kemudian bicara inovasi penyuluhan pertanian. Syukur, banyak yang mau mengikuti,” ujar Safrudin.
Dari Sangihe Talaud, Safrudin kemudian dipindahkan ke Kotabunan yang kini masuk wilayah administratif Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan. Seusai dari Kotabunan, Safrudin kembali ke Bolmut dan mengabdi untuk tanah tumpah darahnya. Pertama tiba di Bolmut, ia ditempatkan di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Bolangitang. Disinilah ia mulai dikenal sebagai sosok penyuluh yang gigih dan inovatif.
Setelah menunjukkan kinerja yang baik, Safrudin diangkat menjadi Koordinator Kelompok Jabatan Fungsional (KJF) di Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (BP4K) Bolmut. Saat itu, Bolmut telah menjadi daerah otonom baru. Safrudin termasuk salah satu tokoh yang turut tampil dalam perjuangan memekarkan daerah ini.
Waktu pun bergulir, karir Safrudin terus menanjak. Ia kemudian diberi tanggung jawab sebagai kepala seksi produksi ternak, dan berpindah menjadi kepala seksi tanaman pangan di Dinas Pertanian Bolmut. Berkat dedikasi dan kemampuannya dalam mengelola program pertanian, pada tahun 2013, Safrudin dipercayakan menduduki kepala bidang pertanian di Dinas Pertanian Bolmut.
Safrudin mengenang, momen yang paling membahagiakannya ketika berhasil mengubah pola pikir petani di wilayah binaannya agar beralih menerapkan teknologi pertanian. Meskipun awalnya mendapat banyak penolakan, Safrudin dengan sabar dan gigih memberikan penyuluhan, bahkan melakukan demonstrasi di lapangan.
“Tidak mudah mengajak petani untuk berubah. Tapi, saya selalu berusaha menyampaikan bahwa perubahan itu penting untuk keberlanjutan pertanian. Petani harus siap beradaptasi dengan teknologi dan metode baru untuk meningkatkan hasil pertanian mereka,” jelas Safrudin.
Di bagian lain, ketika berada di tengah-tengah lingkungan dan rekan-rekan kerjanya, Safrudin juga dikenal sosok yang ramah, mudah didekati dan kerap berbagi ilmu dengan rekan-rekan kerja dan bawahannya. Baginya, menjadi pejabat dan atasan dalam pemerintahan tidak hanya sekadar menjalankan tugas, tetapi juga harus membangun hubungan baik dengan tim kerja.
Ia percaya membangun pertanian membutuhkan kerja sama yang solid dan saling mengisi. “Kunci keberhasilan itu selalu bangun koordinasi, komunikasi, dan transparansi dalam bekerja serta harus loyal terhadap pimpinan. Kalau di lapangan juga, harus tau stel, jangan stel tau supaya program dapat berjalan dengan lebih baik dan mencapai tujuan yang diharapkan,” katanya.
Safrudin telah membuktikan bahwa pengabdian dan dedikasi dapat membawa perubahan positif. Selama 32 tahun mengabdi, ia tidak hanya mengubah hidup banyak petani, tetapi juga menanamkan nilai-nilai ketekunan dan keberlanjutan dalam dunia pertanian.
Bagi para petani dan rekan-rekan kerjanya di Dinas Pertanian Bolmut, Safrudin ibarat sang pendidik. Walau tak menjadi pejabat besar, tetapi ujung karirnya meninggalkan jejak tetang jiwa sang pengabdi. Kisah karirnya adalah teladan bagi para penyuluh pertanian di Bolmut tentang kerja keras membangun petani sebagai bakti untuk negeri. (***)
pewarta : Adriandzah Mansyur, SP