Semangat 45 Petani Cabai di Bukit Gihang
Senin, 05-Agustus 2024 | DISTAN
Nurtima Popana menaruh cabai yang baru di panennya di pondok sederhana, Jumat (2/8/2024). (foto : Zaiman Datuela).
Nurtima Popana tampak semringah meski matahari hampir tegak di atas kepalanya. Sambil bersiul, ia semangat memanen cabai yang ditanamnya 5 bulan lalu. Lahan cabainya itu bak sumur kehidupan yang diandalkan untuk berjuang meneruskan hari-harinya diusia yang kian senja.
"Bertani cabai memang lebih pedas dari rasanya. Tapi kita jangan mudah menyerah.
Kalau kita serius dan kuat, pasti bisa nikmati hasilnya," ujar Nurtima.
Siang itu, Jumat (2/8/2024), Nurtima dikunjungi Koordinator BPP Kecamatan Kaidipang Zaiman Datuela,S.ST. Agenda kunjungan ke petani merupakan giat rutin penyuluh di Dinas Pertanian Kabupaten Bolmut. Metode penyuluhan ini dimaksudkan untuk penyampaian program, pendampingan teknis bertani dan menyerap aspirasi.
Senyum pun menghiasi bibir Nurtima saat menyambut Zaiman. Ia merasa senang dengan kunjungan itu. Nurtima pun mempersilahkan Zaiman yang kelelahan mendaki bukit untuk istrahat, tapi ditolak Zaiman. Mereka berdua bercakap-cakap saja di lahan, sambil memetik cabai.
Lahan cabai Nurtima jauh dari riuh aktivitas masyarakat ibu kota Kabupaten Bolmut. Posisinya berada di kawasan yang dikenal perbukitan Igit. Masuk wilayah administratif Desa Gihang-Kaidipang.
Berdiri di lahan Nurtima, panorama alam terlihat begitu apik dan menawan. Keindahan perbukitan di selatan dan barat yang artistik tersaji dengan elok. Ragam pepohonan yang diselingi tanaman pisang dan kelapa ikut membungkus kemolekan pemandangan dari tempat tersebut.
Di ketinggian itu, Nurtima menumbukan 4.000 pohon cabai. Setiap pekan dapat dipanen. Nurtima menanam jenis cabe rawit varietas lokal. Ia memilih titik lokasi terbuka sehingga cabainya mendapat sinar matahari yang maksimal. Sayangya, karena di perbukitan, pengairan hanya mengandalkan curah hujan. Jika musim panas berkepanjangan, Nurtima absen menanam.
Waktu pun bergulir. Tak terasa buah cabai yang telah masak selesai dipetik. Nurtima membopong hasil panennya itu dalam karung kecil. Ia lalu mengajak Zaiman menuju pondok sederhana yang tak jauh dari lahannya. Begitu ditimbang, hasilnya lumayan. "Ada 30 kilo (kilogram). Ini akan saya jual ke pasar. Harga di pasar lagi bagus," kata Nurtima.
Sebelumnya, tatkala tengah duduk membersihkan cabai di pondokan, Nurtima mendapat penyuluhan dari Zaiman. Di waktu singkat itu, Zaiman memberikan edukasi tentang upaya meningkatkan produksi cabai. Materi yang disajikannya antara lain pengaturan dosis pupuk pada tanaman cabai serta rutin melakukan pengamatan kondisi tanaman. Segera lakukan tindakan bila terdapat tanda-tanda tanaman terserang hama dan penyakit. Para penyuluh juga terbuka menerima konsultasi bila petani memerlukan bantuan.
Menurut Zaiman, bertani cabai seperti yang diusahakan Nurtima sangat prospektif dikembangkan di Bolmut. Selain potensi lahan yang masih tersedia, pangsa pasar tanaman pedas ini juga sangat terbuka.
Permintaan masyarakat yang tinggi menjadikan komoditas tanaman cabai memiliki daya saing dan harga jual yang baik. "Cabai akan selalu memiliki konsumen. Komoditi ini bukan saja dapat dikonsumsi menjadi sambal, tapi juga bahan baku industri. Jadi gampang laris dan selalu dicari," ujarnya.
Untuk itu kata Zaiman, masyarakat Bolmut, terlebih generasi muda harus dapat menangkap peluang ini. Semangat seorang Nurtima yang sudah usia senja bisa menjadi pelajaran berharga untuk segera memulai bertani cabai.
Memulai bertani tak harus lahan luas dan tak mesti menunggu modal besar. Hal lebih paling penting adalah ilmu, kemauan dan harus punya semangat. "Istilahnya semangat 45. Ingat!. Tak perlu jadi hebat untuk memulai, tapi harus memulai untuk jadi hebat" ujar Alumni Universitas Negeri Gorontalo itu. (*)
pewarta : Adriandzah Mansyur, SP