Pengendalian Hama Penggerek Batang Padi
Salah satu faktor penghambat dalam meningkatkan produktivitas padi diantaranya adanya serangan organisme pengganggu tanaman (OPT). OPT utama pertanaman padi di Badung antara lain; tikus, penggerek batang, wereng batang coklat (WBC), walang sangit, keong mas, blas, hawar daun bakteri (HDB). Hama penggerek batang (stem borer) di Badung sampai saat ini merupakan hama utama dan penting pada pertanaman padi karena sering menimbulkan kerusakan berat dan kehilangan hasil yang tinggi. Hama ini dapat merusak tanaman padi pada semua fase pertumbuhan, mulai pada saat di pembibitan, fase anakan sampai fase pembungaan. Serangan pada pembibitan dan fase anakan menyebabkan kematian anakan muda hama ini disebut sundep. Jika serangan sundep pada fase tersebut kurang dari 5 %, kehilangan hasil tidak terlalu besar karena tanaman padi masih dapat membentuk anakan baru. Jika serangan pada fase pembungaan menyebabkan malai tampak putih dan hampa disebut beluk.
Jenis Hama Penggerek Batang Padi :
Di lapangan sering ditemukan 3 spesies hama penggerek padi yaitu penggerek batang padi kuning (Scirpophaga incertulas), penggerek batang putih (S. innotata) dan penggerek batang bergaris (Chilo suppressalis). Sampai saat ini belum ada varietas padi yang tahan terhadap hama penggerek bantang. Oleh karenanya gejala serangan perlu diwaspadai, terutama pada saat musim penghujan. Ketiga jenis hama tersebut memiliki ciri-ciri dan sifat yang berbeda dalam penyebaran dan bioekologinya. Akan tetapi ketiga jenis hama tersebut memiliki kesamaan dalam hal menyerang tanaman serta akibat yang ditimbulkannya. Semua spesies hama penggerek batang padi dalam siklus hidupnya memiliki masan metamorfose sempurna mulai dari fase telur, larva, pupua dan ngengat. Pada fase larva yang berperan menjadi hama, karena dalam hidupnya memperoleh makanannya dengan cara menggerek tanaman padi dan menimbulkan kerusakan.
Gejala Serangan :
Hama penggerek batang adalah salah satu hama berbahaya pada tanaman padi, karena hama ini bisa menyerang tanaman padi mulai dari persemaian, fase vegetatif, fase generatif hingga menjelang panen. Kerugian yang besar terjadi bila penerbangan ngengat bersamaan dengan fase tanaman bunting. Adapun gejala serangan hama penggerek batang padi adalah; (1) pada tanaman fase vegetatif, larva memotong bagian tengah anakan menyebabkan pucuk layu, mengering dan pada akhirnya mati, (2) pada fase generatif, menyebabkan malai muncul putih.
Strategi Pengendalian :
1. Pengaturan Pola Tanam
Waktu tanam yang tepat merupakan cara yang efektif untuk menghindari serangan penggerek batang. Hindari penanaman padi pada bulan-bulan Desember – Januari, karena suhu, kelembaban dan curah hujan pada saat itu sangat cocok untuk perkembangan hama penggerek batang, sementara tanaman padi yang baru ditanam sangat sensitif terhadap hama tersebut. Pengaturan waktu tanam yaitu berdasarkan penerbangan ngengat atau populasi larwa di tunggul tanaman padi. Penanaman padi tidak dianjurkan bertepatan dengan puncak penerbangan ngengat. Penanaman padi bisa dilakukan pada 15 hari setelah puncak penerbangan ngengat. Tanam serempak untuk menghindari sumber makanan bagi hama penggerek batang padi. Dalam satu hamparan kelompok tani batas waktu tanam awal dan akhir sebaiknya paling lama 15 hari. Pergiliran tanaman padi dengan tanaman bukan padi untuk memutus siklus hidup hama penggerek batang padi.
2. Pengendalian Secara Mekanis
Pengendalian penggerek batang padi dapat dimulai sejak di persemaian sampai di pertanaman, dengan cara mengumpulkan kelompok telur. Jika terlihat penerbangan imago/ngengat pada sore hari, pengendalian dilakukann dengan cara penangkapan dengan lampu perangkap pada malam harinya (lampu patromak/lampu lain yang dikombinasikan dengan pemasangan bak penampang yang telah di isi dengan minyak/detergen). Aplikasi insektisida karbofuran apabila terjadi gejala serangan penggerek batang yang mengkhawatirkan di persemaian. Memusnahkan tanaman yang menujukan gejala sundep atau beluk. Pada saat panen padi, diupayakan pemotongan tanaman serendah mungkin sampai permukaan tanah, kemudian diikuti dengan penggenangan air setinggi 10-15 cm agar pangkal jerami cepat membusuk sehingga larva atau pupa mati. Pada saat pratanam diupayakan sanitasi lingkungan dengan baik.
3. Pengendalian Hayati
Pemanfaatan musuh alami parasitoid dengan melepas parasitoid telur seperti Trichogramma japonicum dengan dosis 20 pias/ha sejak awal pertanaman.
4. Pengendalian Secara Kimiawi
Pengendalian dengan insektisida segera dilakukan, jika > 10 % rumpun padi memperlihatkan gejala sundep atau beluk. Atau penggunaan insektisida dapat dilakukan pada saat setelah ada penerbangan ngengat atau intensitas serangan sundep rata-rata > 5 %. Penggunaan insektisida butiran di persemaian dilakukan jika sekitar pertanaman ada lahan yang sedang atau menjelang panen pada satu hari sebelum tanam. Pada pertanaman, insektisida butiran diberikan terutama pada stadium vegetative dengan dosis 7,5 kg insektisida granula/ha. Pada stadium generatif aplikasi dengan insektisida cair. Insektisida butiran yang direkomendasikan adalah yang mengandung bahan aktif klorantraniliprol (Ferterra), fipronil. Klorantraniliprol (Ferterra), aplikasinya dengan dosis 7,5 kg per hektar dapat ditabur bersama dengan pupuk pada umur 7-14 HST, ramah terhadap organisme non-target (ikan, cacing, belut, dan katak), dan menjaga keseimbangan ekosistem, sehingga tanah tetap gembur untuk pertanian berkelanjutan. Insektisida cair (semprot) yang direkomendasikan adalah yang berbahan aktif klorantraniliprol, fipronil, dimehipo dan bensultaf. Perlu diperhatikan, bahwa sebelum menggunakan produk pestisida, agar membaca dan memahami informasi yang tertera pada tabel yang ada di kemasan.
Penyusun : Hartin Detuage, S.ST
Redaktur : Adriandzah Mansyur, SP